Sabtu, 29 April 2017

8 Bulan Lebih..

menikah tidak semengerikan ketika telah menjalani sendiri....

Dulu saya takut menikah, ngga ada pikiran untuk menikah di usia muda karena takut. Tapi satu hal yang saya pelajari dari menikah adalah modal niat, nekat, dan yakin berdua mau menikah, maka insha Allah semua akan dimudahkan.

Di usia pernikahan yang masih seumur pohon cabe berbuah ini saya banyak mengalami banyak hal, dari paitnya deg-degan duit bayar DP rumah cukup apa nggak, sampai bahagianya berdua karena tiap langkah selalu dimudahkan olehNya, dan satu hal yang saya rasakan dari hari ke hari menjalani rumah tangga adalah keyakinan bahwa partner hidup yang saya pilih ini ternyata karunia dari Allah, nggak salah pilih dan selalu bisa membuat saya jadi lebih baik. Tiada ragu untuk melangkahkan kaki berdua untuk lebiiih jauuh lagi.

Di kala teman-teman yang lain bisa asik fokus pada karir, bisnis usaha, fokus mengejar mimpi untuk dirinya sendiri, saya harus membagi waktu dan pikiran untuk fokus mengurus keluarga (mamas suami), pekerjaan, dan serentetan cita-cita mimpi yang kita bangun berdua. Tentu hal ini tidaklah mudah, selagi kami berdua juga masih muda dan ada banyak mimpi yang ingin dibangun masing-masing untuk disatukan menjadi visi misi keluarga. Dibalik itu, saya sangat menikmati setiap proses roda pernikahan dengan si mamas.

Menjalani rumah tangga juga ternyata nggak jauh beda dari menjalani kehidupan sendiri, hanya saja bonusnya punya teman hidup yang siap berbagi setiap harinya. Jadi susah senang senasib berdua nggak sendiri lagi. Apa-apa yang harus disiapkan, kita persiapkan untuk berdua dan kebahagiaan yang dicapai berdua itu ternyata lebih terasa menyejukkan daripada kita bahagia sendirian.

Namun, dibalik itu perjuangannya pun jauh lebih berat dibandingkan memperjuangkan keinginan dan cita-cita diri sendiri. Apalagi untuk suami saya, yang tidak hanya memikirkan diri sendiri tapi juga harus memikirkan keluarganya. Penghasilannya diikhlaskan sebagian untuk pengeluaran keluarga, menanggung beban dosa istri dan melindungi keluarganya. Maka, ketika mas adit berani mengambil keputusan untuk meminang saya, sungguh saya sangat terharu. Apalagi dia tau banyak dengan segala kekurangan yang saya miliki. Dengan mas adit bisa menerima apa adanya saja saya sudah sangat bersyukur sekali.

Mungkin ke depan tantangan, rintangan dan kebahagiaan akan makin mewarnai kehidupan kita berdua, apapun itu kita harus ingat bahwa kita adalah mesin penggerak dari keluarga kita sendiri, mau di bawa kemana, menjadi apa akan ditentukan dari kita berdua. Saling support adalah kunci utama, saling menguatkan itu fondasinya. Semakin nggak sabar menuju tahun-tahun berikutnya bersama kamu mas.