Senin, 09 Oktober 2017

Pengalaman divonis Blighted Ovum

Di usia anniversary pernikahan yang pertama, Allah mengabulkan doa kami..

Akhirnya saya diberikan kesempatan untuk hamil. Meskipun kehamilan ini dinyatakan dokter kurang sehat, sehingga akhirnya si "kakak kecil" harus luruh, hiks.
Rasanya sedih banget pasti ya, tetapi saya rasa Allah ngasih kami pengalaman ini ada banyak hikmah yang bisa diambil. Termasuk menceritakan kepada teman-teman yang sedang hamil atau mengalami nasib seperti kami supaya tetap terus semangaat dan percaya bahwa takdir Allah selalu baik. SELALU.

13 Agustus 2017
Tumben-tumbennya saya mens telat, biasanya selalu maju 2-3 hari atau tepat sesuai jadwal di aplikasi "My Calendar". 
Hari itu telat mens hari ke-7, saya iseng beli 2 testpack dan hasilnya : POSITIF!!
Alhamdulillah, akhirnya Allah mengabulkan doa kami. Suami saya bahagia banget, tentu mertua dan orang tua kami juga ikut berbahagia. :"")

15 Agustus 2017
Penasaran, akhirnya kami cepat-cepat ke dokter kandungan terdekat untuk memeriksakan kondisi kehamilan saya. Namun, karena masih terlalu dini belum terlihat apa-apa, dokter mengatakan jika hasil testpack sudah positif maka insha Allah saya benar hamil. Kami diminta balik ke dokter 2 minggu lagi.

29 Agustus 2017
Kami kontrol ke dokter kandungan untuk ke-dua kalinya. Dokter kandungan langganan saya : Dokter Winda Andaka, yang prakteknya di Apotek Santosa, Jl. Diponegoro, Denpasar.
Ohiya HPHT saya tanggal 12 Juli 2017, jadi menurut dokter usia kandungan saya sudah 7 minggu. Dokter memutuskan untuk mengecek kandungan via USG TransVaginal, karena usia kandungan masih muda, untuk pemeriksaan biar valid memang melalui USG TransVaginal. Jangan ditanya rasanya kayak apa, aneeh haha tapi nggak sakit kok. Cuma aneh aja.

Cukup lama dokter mengutak-atik "onderdil" saya, seperti mencari-cari sesuatu dalam rahim. Saya dan suami saling berpandangan dan tarik nafas panjang. Semoga baik-baik saja dan sehat.

"Mbak lihat ya ini kantong rahim mbak, berkembang. tapi.....saya cari-cari janinnya, dan tidak menemukan adanya janinnya mbak. Sepertinya ini kehamilan kosong / blighted ovum."

"Hah, apa itu dok blighted ovum?"


"Blighted ovum itu terjadi kehamilan tetapi pada saat pembuahan janin tidak berhasil "jadi". Ini bisa karena faktor kelainan kromosom, TORCH, atau pada saat pembuahan telur atau spermanya kualitasnya kurang baik jadi nggak bisa jadi janinnya.
Tetapi saya sudah liat hasil TORCH nya mbak, mbak sehat dari TORCH. Jadi ini kemungkinan telur atau spermanya kualitasnya kurang baik aja."

"Jadi janin saya nggak ada dok???"

"Kita tunggu ya minggu depan, harusnya 8 minggu sudah ada janin dan detak jantungnya. Kalo belum juga, kemungkinan BO dan harus dikuret. Mbak ada flek?"

"Nggak pernah ada flek dok."

Hasil USG 7 Minggu dinyatakan Blighted Ovum

Sedih rasanya denger kata-kata harus dikuret. Tapi kami tetep positive thinking bahwa minggu depan kakak kecil sudah ada, dan nggak malu-malu di USG. 
Mertua sama orang tua juga menyarankan untuk nggak naik motoran dulu, istirahat full bedrest. Kebetulan saya juga dalam proses resign dari kantor, jadi saya minta waktu untuk dimajukan resignnya supaya bener-bener bisa bedrest.



8 September 2017
Kontrol berikutnya kami coba cari second opini ke dokter Ilyas Angsar di RS Prima Medika atas rekomendasi sepupunya suami. 

Setelah di cek oleh dokter Ilyas, beliau juga menyatakan hal yang sama : Blighted Ovum. Dokter ini baik banget, dan detail!! Di dalam ruangannya ada aplikasi kehamilan, penjelasannya detail banget pake tab nya dokter.
Dokter ilyas menanyakan untuk kembali lagi 2 minggu, semoga benar ada janinnya. Selama nggak ada flek tetep positive thinking dulu aja. Kalopun benar BO, maka nanti akan luruh dengan sendirinya. Tetapi supaya bersih tetap diberikan obat peluruh atau dikuret, tergantung kondisi nanti.

Selama ini saya tidak flek, itu satu-satunya hal yang menguatkan kami bahwa kakak kecil masih ada kesempatan untuk bisa berkembang sehat!
Saya baca-baca di forum dan pengalaman pribadi, ada yang 8 minggu tidak muncul janinnya, tapi di usia 11 minggu baru terlihat semuanya lengkap. Jadi selalu ada harapan buat kami.

13 September 2017
Bangun pagi, kepala saya keliyengan. Seperti biasa rutinitas bangun pagi saya ke kamar mandi untuk BAK, dan disitu saya melihat ada flek berwarna coklat seperti mens tetapi baru sedikit. Saya langsung laporan ke suami, berdoa semoga kakak kecil aman.

Saya dan suami juga langsung memutuskan untuk ke dokter agar dilakukan pemeriksaan. Kembali lagi ke Dokter Winda, beliau menyatakan bahwa kehamilan saya tetap kosong / BO dan menyarankan untuk dilakukan kuret melalui obat. Namun beliau memberi waktu saya 1 minggu untuk diskusi terlebih dahulu, karena dokter juga memahami bahwa kakak kecil sudah kami nanti-nanti sejak awal pernikahan.

20 September 2017
Sejak tanggal 18-20 september badan saya panas tinggi, tapi nanti tiba-tiba reda. Saya kira saya DBD, dan (masih berharap) janin saya baik-baik aja. Ternyata ini pertanda si kakak kecil mau keluar.

Sore harinya saya ngeflek banyaaaakk seperti mens hari pertama... Sepertinya hari kakak kecil sudah tiba, batin saya. Suami langsung pulang cepat dan membawa saya ke dokter winda, ibu mertua serta adek ipar ikut menemani dan menguatkan.

Dokter Winda menyatakan bahwa ukuran kantong janin sudah mengecil, dan usia kandungan sudah 10 Minggu tapi janin masih belum terlihat. Flek yang cukup banyak ini juga menandakan bahwa kandungan akan luruh nantinya.
Untuk membersihkan kantong rahim, dokter memberikan obat peluruh. Kata dokter, daripada harus dikuret lebih baik diberikan obat peluruh nanti bisa keluar dengan sendirinya isi kandungan.

Kuret dengan obat peluruh
Sedih banget sih, ini lebih sedih daripada ditinggal gebetan, matkul dapet C, ditinggal si mpus mati.. Pokoknya ini masa-masa deep down nya saya sama mamas suami. Bagaimanapun ini udah masuk jalan takdir kami yang harus kami terima.

Malam setelah pemeriksaan dokter saya minum obat peluruhnya, efeknya hanya keram-keram perut seperti mens namun dengan mens yang luarrr biasa banyaaakkkk disertai semacam agar-agar berwarna merah.

Paginya minum obat peluruh yang kedua dan ini adalah hari yang paling.....mendebarkan, saya sebutnya hari "Trial Melahirkan" wkwkwk

Sejak pagi sakitnyaaaaa LUAR BIASAAA.. Kalo biasanya saya mens hari pertama udah sakit guling-guling, itu nggak seberapa dibandingkan dengan sakitnya "trial melahirkan" ini, rasanya SAKIT BANGEET 100X MENS PERTAMA. Ughh

Sehari ganti softek 11 kali, setiap ingin mengeluarkan "agar-agar besar" badan saya selalu panas dulu nggak tau kenapa.
Sorenya sakit semakin menjadi-jadi badan semakin panas, saya mohon-mohon ke suami buat ke rumah sakit aja karena nggak kuat. Suami udah keringet dingin ngehadapin istrinya yang gusrak-gusruk kesakitan.

Rasa sakitnya itu seperti ada yang ingin keluar dari tubuh tapi nggak bisa. Sama kayak mens kalo darahnya nggak keluar-keluar pasti rasanya sakit kan? Kalo ini "janin"nya mau keluar tapi nggak bisa-bisa. Subhanallah rasanya.

Saya nyoba ngeden-ngeden tapi tetep nggak keluar, karena nggak pernah melahirkan juga nggak ngerti gimana ngeluarinnya.
Akhirnya saya pengen muntah yang nggak tertahankan, dengan muntah otomatis juga mengeden dan memberikan tekanan sehingga si janin akhirnya bisa keluar...... Alhamdulillahirabbilalamin..

Setelah itu rasa sakitnya hilang, ini kah rasanya melahirkan?

Bentuknya belum menjadi janin, tapi besarnya udah sejengkal. Pantes aja rasanya sakit nggak karuan, karena besarnya udah sejengkal bok dan harus dikeluarin melalui vagina yang nggak ada pembukaannya kayak pas melahirkan. Kalo kata temen saya yang bidan, itu calon ari-ari huhu.

Hingga hari ini 10 Oktober 2017 saya masih proses pemulihan, belum bisa membuat pengganti kakak kecil. Harus bersabar dulu, nunggu benar-benar bersih baru boleh lanjut memprogram dedek bayi.

Semoga blighted ovum ini cuma sekali ini aja saya dan suami rasakan, selanjutnya semoga Allah mengkaruniai kami janin yang sehat serta sempurna perkembangannya. Mohon doanya ya! 😊